Ketakutan Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya, serta pihak sekolahnya kini kesannya benar-benar terjadi.
Anggina dan Aysa memakai akar bajakah sebagai karya ilmiahnya. Namun baik kedua siswi berprestasi tersebut maupun pihak sekolahnya enggan membeberkan lebih detail mengenai jenis akar bajakah ataupun lokasi ditemukannya tumbuhan ini. Hal itu dilakukan demi menghindari eksploitasi berlebih yang sanggup menawarkan pengaruh negatif pada hutan Kalimantan.
Tapi tak disangka, kekhawatiran dan ketakutan mereka akan hal itu kini telah terjadi. Sejak mencuatnya kabar khasiat dari tumbuhan bajakah, sejumlah warga lantas mencari tumbuhan ini dan menjualnya secara bebas.
Bahkan kini telah banyak pengepul yang bersedia membayar tumbuhan itu mulai dari ratusan ribu hingga dua juta rupiah.
Hal ini pun semakin mendorong masyarakat dalam mengeksploitasi tumbuhan tersebut.
David Suwito Widyaiswara, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun lantas mengeluarkan peringatan kepada masyarakat mengenai hal ini.
“Mohon berhati-hati dengan penawaran akar bajakah yang sedang booming kini dengan harga 500 ribu – 1 juta per bungkus. Saya khawatirkan jenisnya salah, mengingat bajakah ini ada ratusan, dan yang berwarna kuning juga ada belasa,” tulisnya di halaman Facebook.
Peringatan senada pun disampaikan oleh Anggina. Ia meminta kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi akar bajakah yang terjual bebas ketika ini.