Selasa, 20 Agustus 2019

Bisa Sembuhkan Kanker, Sekarang Bajakah Banyak Dijual Dengan Harga Jutaan Rupiah

Ketakutan Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya, serta pihak sekolahnya kini kesannya benar-benar terjadi.

Ketakutan Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Bisa Sembuhkan Kanker, Kini Bajakah Banyak Dijual Dengan Harga Jutaan Rupiah
Sebelumnya, kedua siswi Sekolah Menengan Atas 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah itu berhasil meraih medali emas dalam World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan, dikarenakan telah menemukan obat penyakit mematikan nomor satu di dunia, ialah kanker.

Anggina dan Aysa memakai akar bajakah sebagai karya ilmiahnya. Namun baik kedua siswi berprestasi tersebut maupun pihak sekolahnya enggan membeberkan lebih detail mengenai jenis akar bajakah ataupun lokasi ditemukannya tumbuhan ini. Hal itu dilakukan demi menghindari eksploitasi berlebih yang sanggup menawarkan pengaruh negatif pada hutan Kalimantan.
Tapi tak disangka, kekhawatiran dan ketakutan mereka akan hal itu kini telah terjadi. Sejak mencuatnya kabar khasiat dari tumbuhan bajakah, sejumlah warga lantas mencari tumbuhan ini dan menjualnya secara bebas.
Bahkan kini telah banyak pengepul yang bersedia membayar tumbuhan itu mulai dari ratusan ribu hingga dua juta rupiah.
Hal ini pun semakin mendorong masyarakat dalam mengeksploitasi tumbuhan tersebut.
Tapi sayangnya, tumbuhan bajakah ternyata memiliki banyak jenisnya. Dan tidak semuanya dijamin sanggup mematikan sel kanker dalam tubuh.
David Suwito Widyaiswara, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun lantas mengeluarkan peringatan kepada masyarakat mengenai hal ini.
“Mohon berhati-hati dengan penawaran akar bajakah yang sedang booming kini dengan harga 500 ribu – 1 juta per bungkus. Saya khawatirkan jenisnya salah, mengingat bajakah ini ada ratusan, dan yang berwarna kuning juga ada belasa,” tulisnya di halaman Facebook.
Peringatan senada pun disampaikan oleh Anggina. Ia meminta kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi akar bajakah yang terjual bebas ketika ini.
“Tolong dipilah dulu alasannya kami kan belum terbuka (menyebut jenisnya). Makara itu kan banyak jenisnya jadi takut salah konsumsi gitu, jadi mungkin masyarakat lebih hati-hati lagi,” tutur Anggina, dikutip Intisari.Grid.id.

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments