Jumat, 20 September 2019

Nur Khamid Warga Magelang Yang Nikahi Bule Manis Dari Manchester Ternyata Bukan Cowok Biasa

Jodoh terbukti tidak bakal kemana. Kalau telah ditakdirkan demikian, dipisah jarak sejauh apapun, jodoh tentu berjumpa. Mungkin itu ungkapan yang cocok untuk menggambarkan dongeng cinta dari Nur Khamid, perjaka berumur 26 tahun, asal Gaten, Ketunggeng, Dukun, Magelang, dengan Poli Alexandrea Robinson, gadis berumur 21 tahun, warga negara absurd asal Manchester, Inggris.

KEDUA sejoli ini gres melangsungkan pernikahan, Minggu (16/12/2018) di rumah Nur Khamid yang ada di Magelang. Mereka mengikat kesepakatan suci dan mengawetkan dongeng cinta mereka dalam ikatan ijab kabul dengan cara Islam di depan kedua orangtuanya dan disaksikan oleh segenap anak buah keluarga dari mempelai pria.
Kisah cinta mereka bermula ketika mereka berjumpa di Pulau Dewata di bulan Agustus 2017. Nur Khamid terbukti ketika itu tengah bekerja di Bali, sampai takdir  mengangkat dirinya berjumpa dengan Poli.
Pertemuan pertama, disusul dengan tidak sedikit pertemuan lainnya. Hubungan mereka pun terjalin terus dekat.
Sampai karenanya mereka tetapkan menikah pada 16 Desember 2018 lalu, seusai 1,5 tahun menjalin hubungan.
“Saya kenal dengan Poli itu bulan Agustus 2017 lalu, dan terus erat menjalin kekerabatan selagi 1,5 tahun sebelum meperbuat ijab kabul kemarin 16 Desember 2018,” ucap Nur Khamid, Selasa (18/12/2018) ketika dihubungi melewati sambungan telepon.
Awalnya, Nur Khamid tidak sanggup percaya dengan kekerabatan ini.
Begitu juga dengan orang-orang yang kadang meremehkan. Tetapi, ikatan keduanya justru terus kuat.
Sampai ijab kabul dilangsungkan, Khamid berkata ini semua merupakan kehendak dari Tuhan. Ia tidak sempat menyangka jodohnya nyatanya merupakan gadis elok asal Inggris tersebut.
"Kalau namanya telah jodoh mau bagaimana lagi. Saya tidak sempat mengarah untuk memperoleh seorang bule yang elok sebagai istri saya."
"Tetapi, Allah berkehendak menjodohkan saya dengan Poli Alexandrea, istri saya ketika ini," tutur laki-laki pemilik akun Instagram karnaradheya ini.
Poli pun nyatanya juga sepertinya serius bakal kekerabatan ini, sampai dirinya mau untuk dinikahi Nur Khamid.
Poli sendiri diketahui telah memeluk agama islam enam bulan sebelum ijab kabul mereka dilangsungkan.
Pernikahan mereka pun dilangsungkan dengan cara agama islam alias nikah sirih dengan salah seorang penghulu.
"Kami tetap nikah agama alias nikah siri, halal dengan cara agama islam. Poli kewarganegaraannya tetap Inggris belum menjadi warga Negara Indonesia, jadi saya niatkan sah dengan cara agama dulu."
"Kedepan kita tetap bakal langsungkan ijab kabul dengan cara resmi, seusai menantikan syarat-syarat yang lengkap,” ucap Khamid.
Seusai melangsungkan ijab kabul pada hari Minggu (16/12) di Magelang, kedua pasangan muda itu eksklusif bertolak kembali ke Pulau Bali pada keesokan harinya,Senin (17/12) malam.
Nur Khamid sendiri mengaku sebagai pemilik suatu rumah makan berjulukan Luku Kitchen di tempat Seminyak Bali.
Nur Khamid sempat menanggapi gambar dan video ijab kabul mereka yang viral dan tersebar luas di media sosial.
Ia hanya tertawa saja, alasannya yakni niatnya hanya untuk menghalalkan kekerabatan dirinya dengan istrinya, Poli.
Meski begitu, ia berharap dongeng yang dialaminya sanggup menjadi ilham positif untuk masyarakat di luar sana.
“Sebetulnya saya tidak tahu sanggup tersebar semacam ini, tahu-tahu saja telah viral di media sosial. Niat saya cuma untuk menghalalkan kekerabatan kami, Tetapi alasannya yakni telah terlanjur viral cuman sanggup berharap dongeng saya ini sanggup mengispiratif faktor yang positif terhadap para warganet,” tutur Khamid.
Ibunda dari Nur Khamid, Juwariyah (60) sendiri tidak menyangka anaknya menikah dengan Poli, seorang WNA asal Inggris, tetapi ia merasa senang atas ijab kabul anaknya.
Pernikahan digelar pada hari Minggu (16/12) Kliwon, pukul 08.00 WIB pagi hari, dengan cara siri.
Pihak keluarga semua juga telah merestui keduanya untuk menikah, walau kedua mempelai memiliki tidak sedikit perbedaan.
Ia sendiri beramanat terhadap Nur Khamid dan Poli, agar keduanya sanggup mengabdi terhadap orangtuanya.
"Bahagia sekali, harapannya jadi orang baik dan mengabdi sama orangtua, itu saja, kita merestui dan mendoakan mereka," kata Juwariyah.
Juwariyah, di mata keluarga, menantunya, Poli, merupakan orang yang baik. Poli telah tiga kali berkunjung ke rumah Nur Khamid di Magelang, berjumpa dengannya, ayah Nur Khamid, dan keluarga besar di sana.
Meski Poli tidak sanggup berkata bahasa (Indonesia), ia berkomunikasi dengan keluarga dengan bahasa arahan saja.
"Dua tahun mereka bekerjasama sampai sekarang. Poli itu orangnya baik. Tiga kali berkunjung ke sini. Ya, ngga sanggup bahasa indonesia, jadi wajib pakai isyarat, semisal jika mau makan, minum, kita layani," ujarnya.
Adik dari Nur Khamid, Eriawan, berkata, segenap keluarga hadir untuk menyaksikan ijab kabul kakaknya, Nur Khamid, walau pihak keluarga dari Poli tidak sanggup hadir ketika itu.
Dirinya dan keluarga mengaku senang atas ijab kabul mereka. Tidak hanya menerima restu dari orangtuanya, mempelai wanita, Poli, juga menerima restu dari kedua orangtuanya di Inggris.
"Kami sekeluarga merasa senang atas ijab kabul abang saya, alasannya yakni menerima restu dari orangtua, dan juga orangtua dari pihak perempuan," ucap Eriawan.
Eriawan pun berdoa untuk ijab kabul kakaknya, agar menjadi pengantin yang sakinah, mawaddah dan warrohmah.
"Semoga mereka menjadi pasangan pengantin yang sakinah, mawaddah, warrohmah, amiin," pungkasnya. ( Rendika Ferri K | Tribunjogja.com )

Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments